Dokter Berbulu dan Bersayap : Manfaat Binatang Piaraan Bagi Kesehatan
Pengaruh binatang piaraan. “Cinta tanpa benci”, gumam Sigmund Freud, “adalah suatu perasaan hubungan yang erat, perasaan memiliki bersama.” Freud tidak berbicara mengenai cinta seorang ibu atau para psikoanalis, melainkan menggumam mengenai anjingnya Jo-fi.
Orang Amerika pun menjadi maklum. Sekitar 52 juta anjing, 56 juta kucing, 45 juta burung, 250 juta ikan dan ratusan juta satwa piaraan yang lain kini menghuni rumah-rumah di Amerika.
Ada apa di balik itu semua ?
Kini sejumlah ilmuwan kesehatan mulai mempelajari pengaruh binatang piaraan terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang. Pelbagai binatang itu ternyata menyimpan potensi sebagai terapi, dan kalangan rumah sakit, lembaga pemasyarakatan serta panti orang jompo menyambut gembira terhadapnya.
Sebuah penelitian yang dilakukanoleh para pakar dari Universitas Maryland dan Pennsylvania (AS) mengungkapkan peluang hidup 92 pasien yang menderita sakit jantung kronis.
Hasilnya : dari 39 pasien yang tidak memiliki hewan piaraan, 11 diantaranya meninggal dalam satu tahun. Sedang sisanya, 53 pasien yang memiliki hewan piaraan seperti kadal, ayam, kucing, anjing, ikan, hanya 3 pasien yang meninggal.
Hasil positif itu bukan karena disebabkan oleh olahraga, misalnya berjalan-jalan secara teratur dengan anjing-anjing mereka, bahkan memelihara ikan di akuarium pun sudah sangat memberi manfaat. Penelitian terpisah yang dilakukan kemudian memberikan penjelasan bahwa kehadiran binatang piaraan saja mampu menurunkan tekanan darah dan mengurangi stres !
Memicu zat bergembira. Sebuah kajian lain yang baru-baru ini dilakukan juga memberikan gambaran manfaat binatang piaraan tersebut. Pada tahun 1984 di Philadelphia (AS) dilakukan penelitian terhadap pasien-pasien yang akan menjalani operasi gigi.
Sebagian pasien dihipnotis sedang lainnya diminta untuk menikmati pemandangan suatu akuarium, sedang pasien kelompok ketiga dipersilakan duduk dengan tenang selama 20 menit. Hasilnya : pasien dari dua kelompok pertama menyatakan hanya sedikit mengalami rasa sakit. Anehnya, memandangi ikan-ikan yang berseliweran di dalam akuarium sama efektifnya dengan terapi hipnotis.
Aaron Katcher, psikiater dari Universitas Pennsylvania berspekulasi bahwa tindak membelai binatang piaraan dan berbicara dengannya telah memberi rangsangan terhadap otak untuk memproduksi zat yang menimbulkan rasa bergembira, yaitu endorfin.
Keuntungan yang bersifat kejiwaan juga mencuat. Anak remaja yang sedang kalut misalnya, cenderung lebih terbuka apabila psikolognya ditemani seekor anjing di dekatnya.
Seorang psikolog dari Watertown, Massachussets, Carol Antoinette Peacock, memulai wawancara dengan memperkenalkan anjingnya Toffy kepada pasiennya. “Anjing itu menolong saya dalam menanamkan rasa percaya pasien terhadap saya,” ungkapnya. Bahkan menurutnya, kadang-kadang pasien mengungkapkan perasaan melalui anjingnya. “Anjing Anda nampak sedih,” itu berarti saat itu “Saya sedih sekali.”
Tembok penjara Alcatraz. Hubungan manusia dengan binatang telah lama diketahui meningkatkan gairah kehidupan dalam rumah. Kini hubungan tersebut berlanjut dalam lembaga.
Di Amerika Serikat, di balik angkernya tembok penjara Alcatraz para nara pidana telah lama ditemani binatang piaraan. Di penjara Lima, Ohio, para napi yang mempunyai cacat mental ditempatkan pada ruangan luas yang setengahnya berupa padang rumput di mana domba, kambing, kucing, bebek dan bahkan menjangan berkeliaran.
”Kami menemukan hasil menarik, bahwa napi yang memiliki binatang piaraan menjadi lebih kalem dan tidak seganas dulu,” ungkap psikiater David Lee. Keuntungan ganda lainnya adalah adanya napi-napi wanita yang diajar melatih anjing-anjing khusus untuk membantu para penderita cacat, seperti terjadi di penjara Gig Harbour, Washington.
Misalnya untuk membantu seorang gadis yang menderita gangguan syaraf, seekor anjing terlatih dapat membuat tanda-tanda tertentu bila empunya terancam bahaya. “Anjing itu tahu sebelum si empunya menyadari dirinya di ambang bahaya,” tegas Leo Bustad, ketua Deta Society, badan pemberi dana kajian terhadap binatang piaraan di Renton, Washington.
Mengunjungi pasien. Pelbagai rumah sakit juga menyimpulkan bahwa binatang piaraan itu berguna untuk mengurangi perasaan terkucil, takut dan cemas yang diderita para pasien.
Tiga pengunjung tetap rumah sakit yang terkenal di Rumah Sakit Beth Abraham, New York, adalah Jake, seekor anjing besar, Boris seekor anjing eurasia dan kucing manis bernama Regina. Ketiganya setia mengunjungi, menyantuni para pasien yang kebanyakan berusia lanjut.
Di Rumah sakit Anak di Denver, para dokter dan sekelompok relawan secara teratur mengelilingkan anjing-anjing mereka yang didandani secara bersih, diberi baju atau kaos menarik, mengunjungi kamar tiap pasien.
Rumah para pensiunan atau panti jompo menyambut gembira kunjungan binatang piaraan tersebut. Sebuah panti rawat di Washington, Tacoma Lutheran Home, bangga terhadap koleksi binatang piaraannya.
Beberapa dari binatang piaraan itu membantu terapi fisik, misalnya pasien yang terganggu keterampilan motoriknya berlatih dengan membersihkan tubuh seekor kelinci Angora dan pasien lain yang sulit lancar berbicara belajar bercakap-cakap dengan seekor burung kakatua.
Bukan Satu-satunya. Tentu saja di balik manfaat binatang piaraan itu, ia bukanlah satu-satunya obat yang mujarab. “Kalau Anda sakit, Anda tidak bisa hanya dengan membelai anjing piaraan Anda dan baru menelpon dokter keesokan harinya,” kata dokter hewan Larry Glickman dari Universitas Pennsylvania.
Lebih-lebih binatang itu juga memerlukan penanganan yang khusus, ia bisa menggigit dan menimbulkan alergi.
(TIME/Dedi Jamaludin-ArtBank/ Jayakarta, Selasa, 2 Agustus 1988).
Catatan Bambang Haryanto : Pada tahun 1988 di Jakarta saya mendirikan jaringan penulis /penerjemah lepas dalam wadah ArtBank. Kepada mereka saya memberikan tugas untuk menerjemahkan artikel menarik, kemudian hasilnya dikirimkan ke media massa.
Salah satu penulis/penerjemah dalam ArtBank adalah Dedi Jamaludin, yang merasakan “kegembiraan istimewa ketika melalui ArtBank namanya bisa muncul pertama kali di media massa”.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home